Bedah bariatik adalah suatu prosedur yang dilakukan pada orang yang mengalami obesitas untuk membantunya menurunkan berat badan. Prosedur ini merupakan operasi penurunan berat badan dan mekanisme tindakan utamanya adalah mengurangi jumlah kalori yang dikonsumsi dan/atau diserap oleh tubuh dengan memodifikasi sistem pencernaan. Obesitas dikenal sebagai suatu penyakit karena mengurangi harapan hidup dan mengganggu fungsi tubuh. Kondisi ini juga telah lama dikaitkan dengan peningkatan risiko komorbiditas seperti:
Indeks massa tubuh (Body-Mass Index/BMI) adalah pengukuran umum yang digunakan untuk menilai berat badan dan status gizi dan Kementerian Kesehatan menggolongkan obesitas jika BMI lebih dari 27,5. Pedoman praktik klinis Kementerian Kesehatan untuk obesitas juga menyatakan bahwa bedah bariatrik hanya boleh ditawarkan sebagai metode pengobatan jika pasien mengalami obesitas kelas III (BMI≥37,5) atau obesitas kelas II (BMI 32,5 hingga 37,4) dengan minimal satu komorbiditas. Pembedahan tidak boleh ditawarkan kepada pasien yang mengalami obesitas kelas I atau lebih rendah (BMI <32,5) sebagai praktik rutin tanpa mempertimbangkan komorbiditas. Selain itu, calon pasien yang akan menjalani bedah bariatrik harus berusia antara 18 hingga 65 tahun dan bagi remaja yang memenuhi syarat, harus berkonsultasi dengan berbagai dokter spesialis dan pasien harus mencapai tingkat kematangan tulang fisiologis yang dapat diterima. Selain BMI, lingkar pinggang juga digunakan sebagai penilaian obesitas, yaitu lingkar pinggang lebih dari 90 cm pada laki-laki atau 80 cm pada perempuan yang dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi.
Seperti halnya prosedur medis lainnya, bedah bariatrik juga berisiko. Selain risiko pembedahan umum seperti pendarahan dan infeksi, pembedahan modifikasi pada sistem pencernaan juga memiliki risiko seperti batu empedu, refluks empedu, kekurangan gizi, dan sindrom dumping, yaitu suatu kondisi yang terkait dengan mual, kram perut, dan gula darah rendah. Oleh karena itu, bedah bariatik hanya ditawarkan kepada pasien obesitas parah yang tidak berhasil menjalani prosedur penurunan berat badan lainnya seperti olahraga, terapi nutrisi medis, intervensi gaya hidup, dan konseling. Selain itu, pasien yang akan menjalani pembedahan harus bersedia melakukan perubahan permanen pada gaya hidup mereka setelah pembedahan untuk mempertahankan berat badan mereka. Oleh karena itu, bedah bariatik tidak boleh dianggap sebagai jalan keluar yang mudah dalam menurunkan berat badan. Faktanya, pasien obesitas kelas III dianggap memiliki risiko komorbiditas yang sangat tinggi dan operasi penurunan berat badan sering kali diperlukan sebagai tindakan penyelamatan nyawa.
Ada dua mekanisme bedah bariatik, yaitu: bedah restriktif dan malabsorptif. Bedah restriktif melibatkan pembatasan fisik dari ukuran lambung dan jumlah makanan yang dapat ditampung olehnya, sehingga pasien merasa kenyang dengan makanan yang lebih sedikit, sementara bedah malabsorptif membatasi jumlah nutrisi yang diserap oleh tubuh dengan melewati bagian usus halus. Bedah bariatik biasanya dilakukan dengan anestesi umum menggunakan bedah laparoskopi, yang kurang invasif dibandingkan dengan bedah terbuka konvensional, dan membutuhkan waktu pemulihan yang lebih singkat.
Tim bedah bariatrik akan terus memantau kemajuan dan kesehatan Anda setelah operasi. Anda mungkin akan bekerja sama dengan dietisien untuk memutuskan suplemen vitamin dan mineral apa yang Anda butuhkan untuk mengatasi malabsorpsi. Bedah bariatik dianggap berhasil apabila 50% kelebihan berat badan berhasil dihilangkan, dan ini terjadi secara bertahap selama dua tahun pertama sebelum mencapai titik puncak atau meningkat. Berdasarkan semua laporan yang masuk, tingkat keberhasilan bedah ini relatif tinggi yakni 90%.