Keguguran adalah suatu kondisi kehilangan bayi selama periode awal kehamilan. Keguguran dapat menjadi tantangan emosional bagi wanita dan keluarganya, sehingga sangat penting untuk memiliki support system yang sehat untuk bisa berduka dan mendiskusikan masalah yang dihadapi.

Berikut ini adalah petunjuk terperinci mengenai apa itu keguguran, penyebabnya, faktor risiko, dan yang paling penting, strategi penanganan bagi mereka yang mengalami keguguran.

Apa itu keguguran?

Keguguran terjadi ketika seseorang secara tidak sengaja kehilangan bayinya di dalam kandungan sebelum minggu ke-20 kehamilan. Bayi yang lahir setelah minggu ke-20 disebut stillbirth (lahir mati).

Keguguran berbeda dengan aborsi. Aborsi adalah intervensi medis (prosedur yang melibatkan pil atau pembedahan) untuk mengakhiri kehamilan, sedangkan keguguran adalah kehilangan kehamilan yang tidak disengaja.

Apa saja jenis-jenis keguguran?

Ada beragam jenis keguguran yang mungkin dialami oleh ibu hamil. Antara lain:

  1. Terancam keguguran (threatened miscarriage): Terdapat tanda-tanda keguguran, perdarahan vagina ringan, nyeri perut bagian bawah, tetapi detak jantung bayi masih ada, dan tidak ada dilatasi atau pembukaan serviks.  Oleh karena itu, peluang untuk melanjutkan kehamilan masih ada.
  2. Keguguran tak terhindarkan (inevitable miscarriage): Ketika perdarahan vagina lebih berat dan kram yang lebih hebat muncul bersamaan dengan dilatasi serviks, kemungkinan terjadinya keguguran menjadi tinggi. Ini dapat terjadi setelah mengalami terancam keguguran (threatened miscarriage) atau tanpa peringatan.
  3. Keguguran komplit (complete miscarriage): Semua jaringan kehamilan (bayi dan plasenta) dikeluarkan dari rahim, biasanya sebelum minggu ke-12 kehamilan. Perdarahan vagina dapat berlangsung selama beberapa hari. Kram yang hebat seperti nyeri persalinan.
  4. Keguguran inkomplit (incomplete miscarriage): Jaringan kehamilan hanya dikeluarkan sebagian, sementara sebagian lagi masih tertinggal di dalam rahim. Perdarahan vagina dan kram perut bagian bawah dapat terus berlanjut.
  5. Keguguran tanpa gejala (missed miscarriage): Ini terjadi ketika janin mati tanpa sepengetahuan ibu dan jaringannya masih berada di dalam rahim. Tanda-tandanya dapat berupa keluarnya cairan berwarna kecokelatan dan gejala kehamilan seperti mual dan kelelahan mungkin telah mereda.
  6. Keguguran berulang (recurrent miscarriage): Ini terjadi ketika seorang wanita mengalami keguguran berulang. Jika keguguran ketiga atau lebih telah terjadi secara berturut-turut, berkonsultasi dengan dokter penting dilakukan untuk mengetahui penyebabnya.

Apa saja penyebab dan faktor risiko keguguran?

Meskipun penyebab pasti keguguran masih belum diketahui, penyebab utama keguguran selama trimester pertama kehamilan biasanya disebabkan oleh janin yang tidak berkembang sebagaimana mestinya.

Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika keguguran trimester pertama terjadi tanpa alasan medis yang mendasari, 50% dari keguguran ini biasanya dikaitkan dengan kelainan kromosom (kromosom ekstra atau kromosom yang hilang).

Pada kebanyakan kasus, keguguran terjadi karena alasan di luar kendali seseorang. Ini tidak ada hubungannya dengan apa yang sudah atau belum dilakukan oleh seorang ibu.

Namun demikian, ada beberapa faktor risiko yang perlu diperhitungkan, seperti:

  1. Usia: Ketika wanita hamil berusia di atas 35 tahun, ini juga disebut sebagai usia ibu lanjut. Komplikasi selama kehamilan, termasuk keguguran, lebih tinggi setelah usia 35 tahun. Risiko keguguran meningkat hingga 50% bila ibu berusia di atas 45 tahun.
    Di sisi lain, ibu yang masih sangat muda di bawah 15 tahun juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami keguguran. 
  2. Riwayat keguguran sebelumnya: Kemungkinan untuk mengalami keguguran kembali lebih tinggi pada wanita yang pernah mengalami keguguran.
  3. Kondisi kesehatan yang mendasari: Kondisi kesehatan yang mendasari, termasuk tetapi tidak terbatas pada diabetes yang tidak terkontrol, penyakit tiroid, dan PCOS (polycystic ovary syndrome) dapat meningkatkan risiko keguguran.
  4. Masalah pada rahim atau serviks: Beberapa wanita mungkin berisiko lebih tinggi kehilangan bayinya karena lemahnya otot di daerah serviks. Kelemahan ini dapat menyebabkan serviks membuka lebih cepat dari yang seharusnya. Kelemahan ini dapat disebabkan oleh cedera akibat operasi sebelumnya atau bahkan karena kelainan genetik.
    Meskipun tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah kelemahan ini, memilih untuk menerapkan gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi risiko keguguran.
  5. Merokok, alkohol, atau konsumsi obat: Menjalani gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, minum alkohol berlebihan, dan mengonsumsi obat-obat terlarang dapat membahayakan ibu dan meningkatkan risiko keguguran.
  6. Obesitas: Kelebihan berat badan atau memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi sebelum hamil dapat meningkatkan risiko keguguran, stillbirth (lahir mati), dan keguguran berulang.

Apakah stres menyebabkan keguguran?

Tingkat stres tinggi yang berkepanjangan dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh, keseimbangan hormon, dan kesehatan secara keseluruhan. Sistem kekebalan tubuh yang lemah juga dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk melawan infeksi.

Meskipun tidak ada penelitian konklusif yang mengaitkan stres sebagai penyebab langsung keguguran, efek stres pada kesehatan seseorang dapat meningkatkan risiko mengalami keguguran.

Apa saja gejala keguguran?

Tanda-tanda keguguran mungkin bervariasi, tergantung pada usia kehamilan Anda. Terkadang, seorang wanita hamil yang tidak menyadari kehamilannya dapat secara tiba-tiba mengalami keguguran pada awal masa kehamilan.

Gejala utama keguguran biasanya berupa perdarahan vagina yang dapat terjadi dalam berbagai bentuk serta terjadi pada interval yang tidak teratur. Gejalanya bisa berupa bercak/flek kecil dan keluarnya cairan berwarna cokelat hingga perdarahan berat dan gumpalan darah merah. 

Penting untuk dipahami bahwa selain sebagai tanda keguguran, perdarahan vagina juga lazim terjadi selama trimester pertama. Oleh karena itu, segera konsultasikan dengan dokter Anda jika Anda mengalami perdarahan.

Gejala lain keguguran meliputi:

  • Nyeri punggung bawah yang ringan hingga berat
  • Kram/nyeri yang parah pada perut bagian bawah
  • Keluarnya cairan atau jaringan dari vagina
  • Flek hebat
  • Tidak mengalami gejala-gejala kehamilan lagi

Karena gejala-gejala ini dapat muncul tanpa adanya keguguran, berkonsultasilah dengan dokter Anda jika Anda mengalaminya sehingga dapat dilakukan tes untuk menentukan penyebabnya.

Apa yang harus dilakukan setelah keguguran?

Tes medis digunakan untuk mengonfirmasi apakah terjadi keguguran. Jika terkonfirmasi, tes ini juga dapat membantu menentukan apakah masih ada jaringan kehamilan yang tertinggal di dalam rahim Anda. Tes-tes ini adalah:

  • Pemindaian ultrasonografi
  • Tes darah untuk mengukur hormon yang berkaitan dengan kehamilan

Jika masih ada jaringan yang tertinggal, dokter Anda mungkin merekomendasikan opsi berikut:

  • Minum obat untuk mengeluarkan jaringan.
  • Mengeluarkan jaringan melalui pembedahan (D&C).
  • Menunggu hingga sisa jaringan yang tertinggal itu keluar dari rahim Anda secara alami.

Biasanya, tidak diperlukan perawatan jika semua jaringan telah dikeluarkan.

Setelah mengalami keguguran, Anda harus mengambil tindakan yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh Anda dan membantu proses penyembuhannya. Antara lain:

  • Istirahat yang cukup.
  • Tidak melakukan hubungan seks.
  • Hindari olahraga berat.
  • Hindari pekerjaan rumah tangga yang menuntut atau berat.
  • Memiliki support system yang baik saat Anda sedang berduka dan memulihkan diri.

Apa saja tindakan pencegahan yang harus dilakukan setelah keguguran (bagi mereka yang merencanakan kehamilan lagi)?

Anda mungkin ingin mencoba hamil lagi setelah mengalami keguguran. Namun, untuk memastikan kehamilan dapat berjalan dengan lancar dan sehat, Anda harus memberi diri Anda cukup waktu untuk memulihkan diri secara mental dan fisik.

Meskipun peluang terjadinya keguguran berikutnya rendah, sebaiknya berkonsultasilah dengan tenaga kesehatan profesional untuk menyesuaikan rencana kehamilan jika Anda telah mengalami dua kali keguguran atau lebih secara berturut-turut.

Dokter Anda dapat melakukan tes untuk membantu menentukan penyebab keguguran Anda. Beberapa di antaranya mencakup:

  • Pemeriksaan panggul dan rahim
  • Ultrasonografi
  • Tes darah untuk memeriksa ketidakseimbangan hormon
  • Pemeriksaan kromosom (menggunakan darah atau sampel jaringan kehamilan)

Ginekolog Anda akan memantau kehamilan Anda yang berikutnya untuk membantu memastikan bahwa janin berkembang dengan sehat.

Buat janji temu di Rumah Sakit Pantai

Pada akhirnya, keguguran sering kali berada di luar kendali seseorang dan dapat meninggalkan bekas luka emosional yang berat pada orang tua. Namun demikian, bukan berarti ini adalah akhir dari segalanya. Masih ada harapan untuk hamil kembali. Selain itu, ada banyak wanita yang setelah mengalami keguguran kemudian memiliki kehamilan cukup bulan yang sehat.

Untuk itu, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter Anda untuk mengkaji rekomendasi dan tindakan pencegahan untuk kehamilan di masa mendatang dan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan atau kekhawatiran Anda sehingga Anda merasa aman dan percaya diri.

Tim spesialis Obstetri & Ginekologi yang berdedikasi dan ahli di Rumah Sakit Pantai siap memberikan konsultasi untuk menyediakan perawatan dan bantuan terbaik. 

Hubungi kami untuk membuat janji temu hari ini jika Anda memiliki kekhawatiran atau pertanyaan mengenai kehamilan Anda. Kami menjamin perawatan terbaik yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik Anda.

Rumah Sakit Pantai telah diakreditasi oleh Malaysian Society for Quality in Health (MSQH) atas komitmennya terhadap keselamatan pasien dan kualitas pelayanan.

Loading...
Thank you for your patience
Click to know more!