health-pulse-male-menopause_banner health-pulse-male-menopause_banner
Asuhan Pencegahan
Kesehatan Pria

Menopause pada Pria

13 Mei 2024 · 4 mins read

Topics









Ketahui lebih lanjut mengenai menopause pada pria dan kapan mereka harus mencari bantuan medis untuk kondisi ini.

Jika berbicara tentang menopause, kebanyakan akan beranggapan bahwa hanya wanita yang mengalaminya, Namun, pada beberapa dekade terakhir, mulai banyak dikenal apa yang disebut "menopause pada pria."

Apa Itu Menopause pada Pria?

Istilah "menopause pada pria," atau kadang disebut dengan andropause, kerap kali salah digunakan di media. Hal ini menyiratkan bahwa gejala yang muncul akibat penurunan kadar testosteron secara tiba-tiba di usia madya, serupa dengan apa yang wanita alami saat menopause. Namun, ini tidak akurat.

Walau kadar testosteron memang secara alami menurun seiring bertambahnya usia, umumnya menurun sekitar 1% per tahun sejak usia 30-40 tahun, penurunan bertahap ini bukanlah sebuah masalah. Gejala yang kerap kali dikaitkan dengan menopause pada pria dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang tidak terkait dengan perubahan hormon.

Walaupun defisiensi testosteron, dikenal dengan hipogonadisme onset lambat, dapat berkontribusi terhadap gejala-gejala tertentu pada beberapa kasus, penting untuk menyadari bahwa perubahan hormon tidak selalu menjadi penyebab utamanya.

Apa Itu Hipogonadisme Onset Lambat?

Hipogonadisme onset lambat, juga disebut sindrom defisiensi testosteron, adalah kondisi ketika testis tidak memproduksi kadar testosteron dalam jumlah yang cukup, sehingga berujung pada gejala yang umumnya dikaitkan dengan menopause pada pria. Walaupun beberapa kasus hipogonadisme bersifat bawaan dan langsung terlihat lewat gejala-gejala, seperti pubertas terlambat dan testis yang kecil, hipogonadisme onset lambat umumnya muncul di usia yang lebih tua, seringnya ditemukan pada pria yang kelebihan berat badan atau menderita diabetes tipe 2.

Hipogonadisme onset lambat ditandai dengan gejala-gejala, seperti kelelahan, berkurangnya libido, disfungsi ereksi, perubahan suasana hati, dan berkurangnya massa otot. Walaupun kondisi ini lebih jarang ditemui daripada penurunan kadar testosteron akibat penuaan, penting untuk memahami bahwa kondisi ini adalah sebuah kondisi medis yang berbeda, dan bukan sekadar bagian dari penuaan.

Mendiagnosis hipogonadisme umumnya melibatkan evaluasi gejala dan pelaksanaan tes darah untuk mengukur kadar testosteron. Opsi pengobatan dapat mencakup terapi penggantian testosteron, atau mengobati kondisi yang mendasari munculnya hipogonadisme, seperti obesitas atau diabetes. Berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional penting untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan penanganan gejala yang tepat.

Apa yang Menyebabkan Menopause?

Anda mungkin bertanya-tanya, mengapa pria yang lebih muda juga mengalami menopause pada pria? Berikut adalah beberapa kemungkinan penyebabnya.

  • Kondisi medis: Beberapa kondisi medis, seperti obesitas, diabetes, gangguan tiroid, dan apnea tidur, dapat berperan dalam munculnya gejala-gejala yang umumnya dikaitkan dengan menopause pada pria.
  • Obat-obatan: Beberapa jenis obat-obatan, seperti antidepresan tertentu, obat anti-kecemasan, dan opioid, dapat mempengaruhi kadar hormon dan berperan dalam munculnya gejala, seperti kelelahan, libido rendah, dan disfungsi ereksi.
  • Faktor gaya hidup: Diet yang tidak sehat, kurangnya berolahraga, konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok, dan stres kronis dapat berperan menimbulkan gejala menopause pada pria, atau memperparah gejala-gejala yang sudah ada.
  • Faktor psikologis: Kecemasan, depresi, dan faktor psikologis lain dapat berperan dalam berkembangnya atau memburuknya gejala-gejala yang terkait menopause pada pria.

Apa Saja Tanda dan Gejala Menopause pada Pria?

Tanda dan gejala menopause pada pria dapat meliputi:

  • Berkurangnya libido atau hasrat seksual,
  • Disfungsi ereksi
  • Meningkatnya lemak tubuh dan berkurangnya massa otot
  • Berkurangnya densitas tulang
  • Depresi
  • Mudah tersinggung
  • Kecemasan
  • Kegelisahan
  • Gangguan memori
  • Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
  • Kelelahan
  • Berkurangnya stamina dan kekuatan fisik
  • Insomnia dan rasa kantuk
  • Kehilangan nafsu makan

Bagaimana Cara Diagnosis Menopause pada Pria?

Diagnosis menopause pada pria tidak semudah mendiagnosis kondisi medis dengan kriteria tertentu.

Diagnosis menopause pada pria umumnya melibatkan kombinasi dari riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Tes darah dapat dilakukan untuk mengukur kadar hormon, termasuk testosteron, untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan hormon. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak ada ambang batas testosteron tertentu yang dapat menandakan menopause pada pria, karena kadar testosteron dapat bervariasi pada tiap individu, dan secara alami menurun seiring bertambahnya usa.

Mengingat bahwa gejala-gejala yang umumnya dikaitkan dengan menopause pada pria dapat berakar dari berbagai faktor selain perubahan hormon, dokter Anda juga akan mencari kemungkinan penyebab lain, seperti kondisi medis, obat-obatan, faktor gaya hidup, atau faktor psikologis.

Bagaimana Pengobatan Menopause pada Pria?

Opsi pengobatan dapat bervariasi berdasarkan penyebab gejalanya, dan dapat meliputi terapi penggantian hormon, perubahan gaya hidup, atau intervensi lain yang menyasar gejala atau faktor tertentu.

Apa Kelebihan dan Hal yang Harus Diwaspadai dari Terapi Penggantian Testosteron?

Terapi Penggantian Testosteron (Testosterone Replacement Therapy/TRT) adalah opsi pengobatan untuk pria dengan kadar testosteron rendah, yang bertujuan meringankan gejala dan menjaga kekuatan tulang dan otot. TRT dapat diberikan dalam berbagai bentuk, seperti pil, gel, plester, injeksi/suntikan, atau implan.

Walau TRT terbukti berguna pada beberapa individu, penting untuk tetap mempertimbangkan potensi risiko yang dikaitkan dengan metode pengobatan ini. Risiko ini meliputi infertilitas, pembesaran prostat yang berujung pada masalah saluran kemih, darah menggumpal, penyakit kardiovaskular yang memburuk, gangguan tidur, dan ketidakseimbangan kolesterol. Kemudian, masih ada keraguan mengenai potensi dampak TRT pada risiko kanker prostat, gejala hiperplasia prostat jinak (benign prostatic hyperplasia/BPH), dan penyakit kardiovaskular.

Mendiskusikan potensi manfaat dan risiko TRT dengan dokter Anda penting untuk menentukan apakah metode ini adalah opsi pengobatan yang tepat. Jika Anda memilih metode TRT, pemeriksaan rutin dengan dokter Anda harus dilakukan untuk memantau respon Anda terhadap metode pengobatan ini, serta menangani potensi efek samping yang buruk. Jika tidak ada perbaikan gejala yang terlihat setelah tiga bulan pengobatan, maka TRT mungkin tidak efektif untuk Anda.

Buat Janji Temu di Rumah Sakit Pantai

Untuk para pria yang mengalami gejala yang diasosiasikan dengan menopause, penting untuk menerapkan langkah-langkah untuk menangani masalah ini demi menjaga kesehatan dan kesejahteraan Anda secara keseluruhan. Hubungi kami untuk membuat janji temu dengan dokter spesialis urologi jika Anda memiliki kekhawatiran atau pertanyaan terkait menopause pada pria.

Rumah Sakit Pantai telah mendapatkan akreditasi dari Malaysian Society for Quality in Health (MSQH) atas komitmennya terhadap keselamatan pasien dan kualitas pelayanan.

Artikel yang Disarankan

Click to know more!